Banyak cara yang dilakukan orang dengan
tujuan dan alasan kebahagiaan. Dari eksploitasi fisik hingga eksplorasi
pikiran. Berkutat dengan fakta dan logika, hingga semua hal sering dinilai
dengan logis dan tak logis. Kata hati, begitu sering terlupakan dan terabaikan.
Padahal, kata hati mampu menuntun kita ke jalan yang tepat. Jalan yang bisa
membuat kita merasa bahagia. Meskipun barometer kebahagiaan bagi setiap orang
bersifat relatif, kebahagiaan itu sederhana jika kita mau mengikuti kata hati.
Diri dan cara kita menyikapi setiap keadaanlah yang sebenarnya sering membuat
kebahagiaan itu sirna.
Mungkin kita pernah mangalami kondisi seperti
ini
·
Kita tidak bahagia karena
kita terlalu banyak keinginan, sehingga kita tidak fokus berproses mencapai
satu keinginan, tidak benar-benar memahami apa sebenarnya yang lebih kita
butuhkan. Keinginan yang berlebihan adalah nafsu yang mencelakakan dan
menimbulkan penyesalan.
·
Kita tidak bahagia karena kita seringkali berperang dengan diri,
merasa tidak puas dengan keadaan dan tidak mampu menerima kenyataan hidup,
sehingga kita larut dalam kekecewaan, menyalahkan bahkan mengkambinghitamkan
orang lain, dan menyalahkan takdir
·
Kita tidak bahagia karena kita selalu melihat ke atas, terlalu
sering membandingkan diri dengan orang yang lebih tinggi, sehingga selalu
merasa kurang dan merasa tidak adil.
·
Kita tidak bahagia karena kita mencintai kesempurnaan – bukan
keutuhan, sehingga sulit menerima kekurangan diri dan orang lain, tidak siap
menerima perubahan sesuatu yang kita anggap sempurna, dan ingin selalu
mempertahankan kesempurnaan itu.
·
Kita tidak bahagia karena kita terlalu mencintai kesenangan hidup
dan tidak siap menghadapi kesusahan, sehingga kita tidak memiliki keterampilan
dan keahlian untuk menghadapi kekecewaan dan masalah. Padahal, masalah dan
kepahitan merupakan guru kehidupan yang bisa membuat pencerahan
·
Kita tidak bahagia karena kita sering berburuk sangka kepada Yang
Maha Menentukan, selalu menerka-nerka yang akan terjadi, cemas, gelisah dan
takut, sehingga kepercayaan dan keyakinan kita goyah, bahkan hilang
Semua hal yang membuat kita tidak bahagia
sebenarnya bersumber dari diri kita sendiri. Dominasi persepsi dan cara pandang
yang keliru seringkali menguasai diri daripada kata hati. Padahal, cara untuk
bahagia ada pada hati, yaitu keikhlasan hati untuk menerima
dan mensyukuri yang ada, serta sabar menghadapi kenyataan.
Ikhlas adalah keterampilan kita untuk berpasrah dan berserah diri. Keikhlasan hatimerupakan energi tertinggi yang akan memotivasi
diri untuk menyempurnakan ikhtiar, serta kepasrahan diri kepada Yang Maha
Memberi. Energi ikhlas akan bersinergi dengan rasa syukur dan kesabaran,
sehingga melahirkan bahagia di hati kita. Sabar menghadapi ketidaksesuaian antara keinginan
dengan kenyataan dan mensyukuri yang Allah SWT berikan merupakan strategi untuk mengubah
kegelisahan menjadi ketenangan, mengambil hikmah dari musibah, mereduksi
kesedihan menjadi kebahagian, mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan, serta
merevolusikan hati menjadi lebih indah. Keikhlasan, kesabaran dan rasa syukur
ini akan menimbulkan keajaiban berupa tumbuhnya perasaan-perasaan positif yang
menentramkan hati seperti kejujuran, keterbukaan hati dan pikiran, kerelaan
untuk memberi dan berbagi, pemahaman atas jati diri dan kesadaran untuk
memiliki tujuan hidup, sehingga dapat merasakan kebermaknaan hidup dan
menghayati nikmatnya hidup. Sifat- sifat hati yang seperti ini yang bisa
membuat kita bahagia. Kebahagiaan sejati yang mungkin bisa membuat kecerdasan
spiritual kita tumbuh dan teraplikasikan dengan baik.
Setiap manusia boleh menentukan target dan
mencapainya karena sesungguhnya manifestasi dari keikhlasan ialah
menyempurnakan ikhtiar, berpasrah diri, serta ridho dengan kenyataan atau hasil
yang dicapai. Memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan. Namun, ikhlas,
sabar dan bersyukur merupakan proses belajar dan berlatih sepanjang hidup kita
untuk senantiasa merasa bahagia. Dimulai dari kita dan saat ini juga.Semoga
hati kita selembut sutra dan sekokoh baja, mudah tersentuh percikan iman dan
tetesan hidayah, serta menetap dalam keteguhan iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar